Kamis, 30 Juni 2011

memilih jodoh

Sudah menjadi fitrah, jika manusia memiliki rasa
mencintai terhadap lawan jenisnya. Laki-laki
mencintai wanita, begitu pula sebaliknya, wanita
mencintai laki-laki.
Yang tidak fitrah, jika ia mencintai sesama jenis.
Karena hal ini telah menjadi naluri, mau-tidak mau,
ia pun harus memenuhi kebutuhannya. Kalau
tidak, justru akan berdampak buruk pada diri
sendiri, dan tentu saja terhadap keeksistensian
manusia. Karena itu, biasanya, pertanyaan-
pertanyaan seperti iklan itu selalu hadir pada setiap
orang, mana-kala ia telah mengalami cukup umur
untuk itu.
Secara umum, semua orang pasti menginginkan
pendamping yang mampu memberikannya
kebahagiaan. Dan seiring dengan perkembangan
zaman (teknologi dan informasi), berbagai acara
dimunculkan sebagai media penghantar, yang
memfasilitasi tercapainya tujuan tersebut. Sebagai
contoh, acara gelar jodoh di sebuah stasiun TV
semarak pengikut.
Ada juga, SMS jodoh. Tinggal ketik “REG (spasi)
Jodoh dan kirim ke ….” Maka secara spontanitas,
ciri/tipe pasangan yang cocok bagi pemirsa yang
sedang berkelana mencari pasangan, akan muncul.
Gaung bersambut, acara sejenis ini, banyak
digandrungi oleh masyarakat Indonesia.
Pertanyaannya, benarkah cara-cara demikian akan
menghasilkan pasangan yang akan memberi
kebahagiaan seperti yang didamba-dambakan?
Lalu, bagaimana sebenarnya tipe pasangan yang
bisa menghantarkan kepada kebahagiaan hakiki itu?
Nikah Sebagai Ibadah
Islam adalah agama yang sempurna, yang
mengatur kehidupan manusia secara proporsional,
sehingga tidak satu pun ajaran yang telah
ditetapkannya, kecuali membawa kemaslahatan
bagi manusia itu sendiri. Sebagai makhluk biologis,
sudah barangtentu mereka (manusia)
membutuhkan pasangan hidup, untuk
melampiaskan hasrat birahinya.
Dan demi kebaikan tatanan manusia, baik secara
individu ataupun jama’ah, syari’ah atau sosial,
Islam menganjurkan kepada bani Adam untuk
menikah, sebagai sarana yang suci, yang
diberkahi, dalam menyalurkan naluri biologisnya
tersebut. Selain itu, ia juga menjadi sarana yang
akan menjauhkan manusia dari perbuatan zina,
yang mana tindakan tersebut telah diharamkan
oleh Allah. "Janganlah kalian mendekati zina,
sesungguhnya zina itu adalah perbuatan keji dan
jalan yang paling buruk" (QS. Al-Israa':32).
Demikianlah ketegasan Allah, mengenai hubungan
di luar nikah.
Anjuran untuk menikah, secara langsung
difirmankan oleh Allah dalam Al-Quran, surat An-
Nisa’ ayat 2, ”Maka nikahilah wanita-wanita (lain)
yang kamu senangi....”
Sedangkan dalam hadits, Rasulullah bersanda: “Hai
para pemuda! Barangsiapa di antara kamu sudah
mampu kawin, maka kawinlah; karena hal itu dapat
menundukkan pandangan dan menjaga
kemaluan.” (HR. Bukhari)
Karena menikah adalah ibadah, oleh sebab itu
proses menuju ke sana juga harus berlandaskan
syari’at (silakan dibuka semua kitab fikih yang
membahas tentang syarat dan rukun nikah). Tidak
itu saja, untuk memastikan bahwa calon pasangan
kita itu merupakan tipe orang yang akan
membawa keselamatan bagi keluarga di dunia dan
akhirat, maka kita harus memperhatikan, kemudian
malaksanakan pesan Nabi mengenai kriteria calon
pasangan hidup, yang dapat membawa angin
keselamatan.
Sabda beliau, sebagaimana yang diriwayatkan oleh
Jabir, ”Sesungguhnya Nabi Shalallahu ’alaihi
wassallama, bersabda ”sesungguhnya perempuan
itu dinikahi orang karena agamanya, hartanya, dan
kecantikannya; maka pilihlah yang
beragama.” (Riwayat Muslim dan Tirmidzi)
Melalui sabdanya ini, beliau, Rasulullah,
menjelaskan secara transparan bahwa dalam
memilih calon pendamping hidup, siapapun dia,
tiga alasan yang menjadi standar acuan seseorang
mencari pendamping hidup; kecantikan/
ketampanan, kekayaan, nasab (keturunan), dan
agama.
Bagi mereka yang normal, tentu sangat
mengharapkan kalau calon pasangannya itu,
merupakan perpaduan dari tiga unsur ini. Siapa
yang tidak bangga memiliki pendamping yang
shaleh/shalehah, tampan/cantik, lagi tajir. Akan
tergambar begitu indahnya mahligai rumah tangga
masa depan, yang dibangun dengan
berpondasikan keimanan, serta dihiasai oleh
kecantikan dan kemewahan. Terbayang jelas di
pelupuk mata, betapa indahnya surga dunia yang
akan mereka lalui berdua bersama anak-anak
keturunan mereka mendatang.
Masalahnya, manakah yang harus diprioritaskan,
ketika kita ditemukan dengan mereka yang tidak
memenuhi tiga standart di atas? Karena bukan
sesuatu yang mudah, untuk menemukan tipe
macam ini. Jawabannya, perhatikanlah kalimat
terakhir dari sabda Nabi di atas, ”Maka pilihlah yang
beragama”.
”Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena
hartanya, karena kecantikannya, karena nasabnya,
karena agamanya. Maka pilihlah alasan
menikahinya karena agamanya. Kalau tidak maka
rugilah engkau,” demikian sabda Nabi.
Jelas sudah, seberapapun elok, cantik, tampan,
paras calon pasangan kita, dan setinggi apapun
gundukan permata dan berlian yang menumpuk di
rumahnya, tetapi ketika nilai-nilai keagamaan tidak
terpancar dari jiwanya, maka tetap agama menjadi
prioritas utama.
Model pilihan macam ini harus kita hindari, sebab
bisa jadi, wajah nan cantik/tampan bak sinar
rembulan di tengah gelapnya malam, harta yang
berlimpah ruah hingga tak terhitung jumlahnya,
justru menjadi momok penghancur mahligai
rumah tangga, karena kesombongan diri terhadap
apa yang mereka miliki. Sungguh hamba sahaya
yang hitam kelam lagi beriman, takut kepada Allah
dan Rosul-Nya, lebih baik dari mereka tersebut.
Rasulullah mengingatkan kita melalui sabdanya:
”Janganlah kamu menikahi perempuan karena
kecantikannya, mungkin kecantikan itu akan
membawa kerusakan bagi diri mereka sendiri. Dan
janganlah kamu menikahi karena mengharap harta
mereka, mungkin hartanya itu menyebabkan
mereka sombong, tetapi nikahilah mereka atas
dasar agama. Dan sesungguhnya hamba sahaya
yang hitam lebih baik, asal ia beragama,” (Riwayat
Baihaqi)
Lebih tegas lagi, dalam sabdanya yang lain
Rasulullah menjelaskan, ”Barang siapa yang
menikahi seorang perempuan karena hartanya,
niscaya Allah akan melenyapkan harta dan
kecantikannya. Dan barang siapa yang menikahi
karena agamanya, niscaya Allah akan memberi
karunia kepadanya dengan harta dan
kecantikannya.” (Al- Hadits)
Mereka Perhiasan Dunia
Kasus perceraian artis karena skandal
perselingkuhan, sudah menjadi rahasia umum.
Betapa sakitnya perasaan salah satu pihak,
mengetahui kalau istri/suaminya, bergandengan
mesra dengan orang lain. Hal tersebut tidak
mungkin terjadi, sekiranya kedua belah pihak
benar-benar faqih fiddien (faham agama).
Si suami, misalnya, tidak mungkin berselingkuh
ketika ia bertugas di luar rumah, karena dia faham
akan syari’at. Lebih-lebih, ketika ia mengingat,
bagaimana si istri melayaninya dengan begitu baik,
mendidik anak tanpa kenal lelah, menjaga harta
dengan amanah, mengingatkan ketika dia lalai,
memberi motivasi ketika semangat turun, dan
sebagainya, dan sebagainya.
Pria/wanita yang menjadikan syariat sebagai
landasan hidupnya, menjadi pegangan dalam
bekerja di manapun berada. Selain itu, akan lebih
mudah baginya, mendepak godaan dari luar.
Bayangkan, sekiranya ada suami tak tunduk
syariat, juga ada istrinya tidak bisa menjaga
hijabnya, istri tidak taat kepada suami? Pasti
kesempatan buruk sangat terbuka lebar. Dan
contoh yang demikian itu, bisa kita ambil
sampelnya dari kasus perceraian para selebritis.
Suami yang saleh --yang taat kepada Allah dan
Rosul-Nya-- ia akan senantiasa menenangkan hati
dan menentramkan jiwa istrinya. Begitu
sebaliknya. Istri yang beriman, ia senantiasa
menjaga harta dan dirinya di kala suami tak ada di
rumah. Hal ini sejalan lurus dengan sabda
Rosulullah, ”Sebaik-baik perempuan yang apabila
engkau memandangnya, ia menyenangkanmu;
dan jika engkau menyuruhnya, diturutnya
perintahmu; dan jika engkau bepergian,
dipeliharanya hartamu dan dijaganya
kehormatanya.”
Betapa banyak artis yang lebih memilih “kembali ke
panggung” untuk mencari ketenaran dibanding
menjaga rumah-tangganya di rumah? Tak sedikit
di antara mereka bahkan rela memilih cerai
daripada kehilangan ketenaran yang pernah
diraihnya.
Apakah tipe seperti ini yang sedang Anda cari?
Tentu tidak. Lantas wanita yang bagaimanakah
yang mampu mencerminkan sosok di atas ini?
Tidak lain, hanya mereka yang faham akan agama,
karena dengan faham agama, mereka akan
mengerti akan tugas-tugas sebagai istri terhadap
suami.
”Sebab itu maka wanita yang salehah ialah yang
taat kepada Allah lagi memelihara diri sepeninggal
suaminya karena Allah telah memelihara,” terang
Allah dalam surat An-Nisa’, ayat 34, mengenai
keutamaan wanita salehah.
Trik Syar’i
Islam adalah agama yang memberi solusi. Begitu
pula dengan permasalahan di atas. Al-Quran telah
menyodorkan rahasianya kepada kaum muslimin,
sehingga mampu mendapatkan pasangan, yang
sesuai dengan kriteria di atas, tanpa harus
melanggar syari’at, seperti, berkhalwat, dan
sejenisnya. Lalu apa rahasianya?
Allah menerangkan dalam Al-Quran :
”Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki
yang keji, dan laki-laki yang keji, untuk
perempuan-perempuan yang keji pula (pula),
sedangkan perempuan-perempuan yang baik,
untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik
untu perempuan-perempuan yang baik
(pula)..........” (An-Nur 26).
Mustahil akan ditemukan yang saleh/salehah, jika
seseorang mencarinya di tempat-tempat yang
tidak baik dan dengan cara yang tidak diridai Allah
dan Rasul-Nya. Pasangan yang mulia tak mungkin
didapatkan dengan ramalan dukun, atau mengikuti
anjuran TV dengan ikut reg_spasi. Akan lebih
mudah dengan memperbaiki diri dengan
sempurna mungkin, maka jodoh yang sempurna
itu akan tiba. Dalam kata lain, jodohnya tergantung
kepada kepribadiannya. Ketika kepribadiannya baik,
maka, ia pun akan mendapatkan yang terbaik,
ketika kepribadiannya buruk, ia pun akan
mendapatkan yang setimpal.
Kesimpulannya, mencari pasangan hidup, bukan
seperti seseorang yang membeli kucing di dalam
karung. Sebab, indah suaranya, belum tentu elok
rupanya. Semakin tinggi gelarnya, juga belum
tentu tinggi ilmu agama atau akhlaknya. Sekali lagi,
“Jangan ceroboh dalam mencari jodoh, sebab ia
merupakan salah satu penentu dari kebahagiaan
Anda!” Wallahu 'alam bis-shawab. [Robin Sah/
www.hidayatullah.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar