e. Pemerintahan Ratu Simbarkencana
Sekitar awal abad XIV Masehi, dalam tampuk
pemerintahannya Agama Islam menyebar ke
daerah-daerah kekuasaannya dibawa oleh para
Santri dari Cirebon.
juga diketahui bahwa tahta pemerintahan waktu
itu dipindahkan ke suatu daerah disebelah Utara
Talaga bernama Walangsuji dekat kampung
Buniasih.
Ratu Simbarkencana setelah wafat digantikan oleh
puteranya Sunan Parung.
f. Pemerintahan Sunan Parung
Pemerintahan Sunan Parung tidak lama, hanya
beberapa tahun saja.
Hal yang penting pada masa pemerintahannya
adalah sudah adanya Perwakilan Pemerintahan
yang disebut Dalem, antara lain ditempatkan di
daerah Kulur, Sindangkasih, Jerokaso Maja.
Sunan Parung mempunyai puteri tunggal
bernama Ratu Sunyalarang atau Ratu Parung.
g. Pemerintahan Ratu Sunyalarang
Sebagai puteri tunggal beliau naik tahta
menggantikan ayahandanya Sunan Parung dan
menikah dengan turunan putera Prabu Siliwangi
bernama Raden Rangga Mantri atau lebih dikenal
dengan Prabu Puck Umum.
Pada masa pemerintahannya Agama Islam sudah
berkembang dengan pesat. Banyak rakyatnya
yang memeluk aama tersebut hingga akhirnya
baik Ratu Sunyalarang maupun Prabu Pucuk
Umum memeluk Agama Islam. Agama Islam
berpengaruh besar ke daerah-daerah
kekuasaannya antara lain Maja, Rajagaluh dan
Majalengka.
Prabu Pucuk Umum adalah Raja Talaga ke-2 yang
memeluk Agama Islam
Hubungan pemerintahan Talaga dengan Cirebon
maupun Kerajaan Pajajaran baik sekali.
Sebagaimana diketahui Prabu Pucuk Umum
adalah keturunan dari prabu Siliwangi karena
dalam hal ini ayah beliau yang bernama Raden
Munding Sari Ageng merupakan putera dari
Prabu Siliwangi. Jadi pernikahan Prabu Pucuk
Umum dengan Ratu Sunyalarang merupakan
perkawinan keluarga dalam derajat ke-IV.
Hal terpenting pada masa pemerintahan Ratu
Sunyalarang adalah Talaga menjadi pusat
perdagangan di sebelah Selatan.
h. Pemerintahan Rangga Mantri atau Prabu
Pucuk Umum
Dari pernikahan Raden Rangga Mantri dengan
Ratu Parung (Ratu Sunyalarang) melahirkan 6
orang putera yaitu :
- Prabu Haurkuning
- Sunan Wanaperih
- Dalem Lumaju Agung
- Dalem Panuntun
- Dalem Panaekan
Akhir abad XV Masehi, penduduk Majalengka telah
beragama Islam.
Beliau sebelum wafat telah menunjuk putera-
puteranya untuk memerintah di daerah-daerah
kekuasaannya, seperti halnya :
Sunan Wanaperih memegang tampuk
pemerintahan di Walagsuji;
Dalem Lumaju Agung di kawasan Maja;
Dalem Panuntun di Majalengka sedangkan putera
pertamanya, Prabu Haurkuning, di Talaga yang
selang kemudian di Ciamis. Kelak keturunan beliau
banyak yang menjabat sebagai Bupati.
Sedangkan dalem Dalem Panaekan dulunya dari
Walangsuji kemudian berpindah-pindah menuju
Riung Gunung, sukamenak, nunuk Cibodas dan
Kulur.
Prabu Pucuk Umum dimakamkan di dekatSitu
Sangiang Kecamatan Talaga.
i. Pemerintahan Sunan Wanaperih
Terkenal Sunan Wanaperih, di Talag sebagai
seorang Raja yang memeluk Agama Islam pun
juga seluruh rakyat di negeri ini semua telah
memeluk Agama Islam.
Beliau berputera 6 orang, yaitu :
- Dalem Cageur
- Dalem Kulanata
- Apun Surawijaya atau Sunan Kidul
- Ratu Radeya
- Ratu Putri
- Dalem Wangsa Goparana
Diceritakan bahwa Ratu Radeya menikah dengan
Arya Sarngsingan sedangkan Ratu Putri menikah
dengan putra Syech Abu Muchyi dari Pamijahan
bernama Sayid Ibrahim Cipager.
Dalem Wangsa Goparana pindah ke Sagalaherang
Cianjur, kelak keturunan beliau ada yang
menjabat sebagai bupati seperti Bupati
Wiratanudatar I di Cikundul. Sunan Wanaperih
memerintah di Walangsuji, tetapi beliau
digantikan oleh puteranya Apun Surawijaya,
maka pusat pemerintahan kembali ke Talaga.
Putera Apun Surawijaya bernama Pangeran
Ciburuy atau disebut juga Sunan Ciburuy atau
dikenal juga dengan sebutan Pangeran
Surawijaya menikah dengan putri Cirebon
bernma Ratu Raja Kertadiningrat saudara dari
Panembahan Sultan Sepuh III Cirebon.
Pangeran Surawijaya dianungrahi 6 orang anak
yaitu :
- Dipati Suwarga-Mangunjaya
- Jaya Wirya
- Dipati Kusumayuda
- Mangun Nagara
- Ratu Tilarnagara
Ratu Tilarnagara menikah dengan Bupati Panjalu
yang bernama Pangeran Arya Secanata yang
masih keturunan Prabu Haur Kuning.
Pengganti Pangeran Surawijaya ialah Dipati
Suwarga menikah dengan Putri Nunuk dan
berputera 2 orang, yaitu :
- Pangeran Dipati Wiranata
- Pangeran Secadilaga atau pangeran Raji
Pangeran Surawijaya wafat dan digantikan oleh
Pangeran Dipati Wiranata dan setelah itu
diteruskan oleh puteranya Pangeran Secanata
Eyang Raga Sari yang menikah dengan Ratu
Cirebon mengantikan Pangeran Secanata. Arya
Secanata memerintah ± tahun 1962; pengaruh
V.O.C. sudah terasa sekali.
Hingga pada tahun-tahun tersebut pemerintahan
di Talaga diharuskan pindah oleh V.O.C. ke
Majalengka. Karena hal inilah terjadi penolakan
sehingga terjadi perlawanan dari rakyat Talaga.
Peninggalan masa tersebut masih terdapat di
museum Talaga berupa pistol dan meriam.
2. Kerajaan Hindu Terakhir di Majalengka
Sekitar tahun 1480 (pertengahan abad XV) Mesehi,
di Desa Sindangkasih 3 Km dari Kta Majalengka ke
Selatan, bersemayam Ratu bernama Nyi Rambut
Kasih keturunan Prabu Sliliwangi yang masih
teguh memeluk Agama Hindu.
Ratu masih bersaudara dengan Rarasantang,
Kiansantang dan Walangsungsang, kesemuanya
telah masuk Agama Islam.
Adanya Ratu di daerah Majalengka adalah
bermula untuk menemui saudaranya di daerah
Talaga bernama Raden Munding Sariageng suami
dari Ratu Mayang Karuna yang waktu itu
memerintah di Talaga.
Di perbatasan Majalengka – Talaga, Ratu
mendengar bahwa di darah tersebut sudah
masuk Islam. Sehingga mengurungkan
maksudnya dan menetaplah Ratu tersebut di
Sindangkasih, dengan daerahnya meliputi
Sindangkasih, Kulur, Kawunghilir, Cieurih,
Cicenang, Cigasong, Babakanjawa, Munjul dan
Cijati.
Pemerintahannya sangat baik terutama masalah
pertanian yang beliau perhatikan dan juga
pengairan dari Beledug-Cicurug-Munjul dibuatnya
secara teratur. Kira-kira tahun 1485 putera Raden
Rangga Mantri yang bernama Dalem Panungtung
diperintahkan menjadi Dalem di Majalengka, yang
mana membawa akibat pemerintahan Nyi
Rambut Kasih terjepit oleh pengaruh Agama
Islam.
Kemudian lagi pada tahun 1489 utusan Cirebon,
Pangeran Muhammad dan istrinya Siti Armilah
atau Gedeng Badori diperintahkan untuk
mendatangi Nyi Rambut Kasih dengan maksud
agar Ratu maupun Kerajaan Sindangkasih masuk
Islam dan Kerajaan Sindangkasih masuk kawasan
ke Kesultanan Cirebon. Nyi Rambut Kasih
menolak sehingga timbul pertempuran antara
pasukan Sindangkasih dengan pasukan
Kesultanan Cirebon. Kerajaan Sindangkasih
menyerah dan masuk Islam, sedangkan Nyi
Rambut Kasih tetap memeluk agama Hindu.
Mulai saat inilah adaCandra Sangkala
Sindangkasih Sugih Mukti – tahun 1490.
Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar