Rabu, 08 Juni 2011

SEJARAH PERSIB

Sebelum bernama Persib, di Kota Bandung
berdiri Bandoeng Inlandsche Voetball Bond
(BIVB) pada sekitar tahun 1923. BIVB ini
merupakan salah satu organisasi perjuangan
kaum nasionalis pada masa itu. Tercatat sebagai
Ketua Umum BIVB adalah Mr. Syamsudin yang
kemudian diteruskan oleh putra pejuang wanita
Dewi Sartika, yakni R. Atot.
Atot ini pulalah yang tercatat sebagai Komisaris
daerah Jawa Barat yang pertama. BIVB
memanfaatkan lapangan Tegallega didepan
tribun pacuan kuda. Tim BIVB ini beberapa kali
mengadakan pertandingan diluar kota seperti
Yogyakarta dan Jatinegara Jakarta.
Pada tanggal 19 April 1930, BIVB bersama
dengan VIJ Jakarta, SIVB (Persebaya), MIVB
(sekarang PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun),
VVB (Persis Solo), PSM (PSIM Yogyakarta) turut
membidani kelahiran PSSI dalam pertemuan
yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta.
BIVB dalam pertemuan tersebut diwakili oleh Mr.
Syamsuddin. Setahun kemudian kompetisi
tahunan antar kota/perserikatan diselenggarakan.
BIVB berhasil masuk final kompetisi perserikatan
pada tahun 1933 meski kalah dari VIJ Jakarta.
BIVB kemudian menghilang dan muncul dua
perkumpulan lain yang juga diwarnai
nasionalisme Indonesia yakni Persatuan
Sepakbola Indonesia Bandung (PSIB) dan
National Voetball Bond (NVB). Pada tanggal 14
Maret 1933, kedua perkumpulan itu sepakat
melakukan fusi dan lahirlah perkumpulan yang
bernama Persib yang kemudian memilih Anwar
St. Pamoentjak sebagai Ketua Umum. Klub- klub
yang bergabung kedalam Persib adalah SIAP,
Soenda, Singgalang, Diana, Matahari, OVU, RAN,
HBOM, JOP, MALTA, dan Merapi.
Persib kembali masuk final kompetisi
perserikatan pada tahun 1934, dan kembali kalah
dari VIJ Jakarta. Dua tahun kemudian Persib
kembali masuk final dan menderita kekalahan
dari Persis Solo. Baru pada tahun 1937, Persib
berhasil menjadi juara kompetisi setelah di final
membalas kekalahan atas Persis.
Di Bandung pada masa itu juga sudah berdiri
perkumpulan sepak bola yang dimotori oleh
orang- orang Belanda yakni Voetbal Bond
Bandung & Omstreken ( VBBO). Perkumpulan ini
kerapmemandang rendah Persib. Seolah- olah
Persib merupakan perkumpulan “ kelas dua “.
VBBO sering mengejek Persib. Maklumlah
pertandingan- pertandingan yang dilangsungkan
oleh Persib dilakukan di pinggiran Bandung—
ketika itu—seperti Tegallega dan Ciroyom.
Masyarakat pun ketika itu lebih suka
menyaksikan pertandingan yang digelar VBBO.
Lokasi pertandingan memang didalam Kota
Bandung dan tentu dianggap lebih bergengsi,
yaitu dua lapangan dipusat kota, UNI dan
SIDOLIG.
Persib memenangkan “ perang dingin “ dan
menjadi perkumpulan sepakbola satu- satunya
bagi masyarakat Bandung dan sekitarnya. Klub-
klub yang tadinya bernaung dibawah VBBO
seperti UNU dan SIDOLIG pun bergabung
dengan Persib. Bahkan VBBO kemudian
menyerahkan pula lapangan yang biasa mereka
pergunakan untuk bertanding yakni Lapangan
UNI, Lapangan SIDOLIG ( kini Stadion Persib ),
dan Lapangan SPARTA ( kini Stadion Siliwangi ).
Situasi ini tentu saja mengukuhkan eksistensi
Persib di Bandung.
Ketika Indonesia jatuh ke tangan Jepang. Kegiatan
persepakbolaanyang dinaungi organisasi lam
dihentikan dan organisasinya dibredel. Hal ini
tidak hanya terjadi di Bandung melainkan juga
diseluruh tanah air. Dengan sendirinya Persib
mengalami masa vakum. Apalagi Pemerintah
Kolonial Jepang pun mendirikan perkumpulan
baru yang menaungi kegiatan olahraga ketika itu
yakni Rengo Tai Iku Kai.
Tapi sebagai organisasi bernapaskan perjuangan,
Persibtidak takluk begitu saja pada keinginan
Jepang. Memang nama Persib secara resmi
berganti dengan nama yang berbahasa Jepang
tadi. Tapi semangat juang, tujuan dan misi
Persib sebagai sarana perjuangan tidak berubah
sedikitpun.
Pada masa Revolusi Fisik, setelah Indonesia
merdeka, Persib kembali menunjukkan
eksistensinya. Situasi dan kondisi saat itu
memaksa Persib untuk tidak hanya eksis di
Bandung. Melainkan tersebar diberbagai kota,
sehingga ada Persib di Tasikmalaya, Persib di
Sumedang, dan Persib di Yogyakarta. Pada
masa itu prajurit- prajurit Siliwangi hijrah ke
ibukota perjuangan Yogyakarta.
Baru tahun 1948 Persib kembali berdiri di
Bandung, kota kelahiran yang kemudian
membesarkannya. Rongrongan Belanda kembali
datang, VBBO diupayakan hidup lagi oleh
Belanda ( NICA ) meski dengan nama yang
berbahasa Indonesia Persib sebagai bagian dari
kekuatan perjuangan nasional tentu saja dengan
sekuat tenaga berusaha menggagalkan upaya
tersebut. Pada masa pendudukan NICA tersebut,
Persib didirikan kembali atas usaha antara lain,
dokter Musa, Munadi, H. Alexa, Rd. Sugeng
dengan Ketua Munadi.
Perjuangan Persib rupanya berhasil, sehingga di
Bandung hanya ada satu perkumpulan sepak
bola yakni Persib yang dilandasi semangat
nasionalisme. Untuk kepentingan pengelolaan
organisasi, decade 1950- an ini pun mencatat
kejadian penting. Pada periode 1953-1957 itulah
Persib mengakhiri masa pindah- pindah
sekretariat. Walikota Bandung saat itu R. Enoch,
membangun Sekretariat Persib di Cilentah.
Sebelum akhirnya atas upaya R.Soendoro,
Persib berhasil memiliki sekretariat Persib yang
sampai sekarang berada di Jalan Gurame.
Pada masa itu, reputasi Persib sebagai salah satu
jawara kompetisi perserikatan mulai dibangun.
Selama kompetisi perserikatan, Persib tercatat
pernah menjadi juara sebanyak empat kali yaitu
pada tahun 1961, 1986, 1990, dan pada
kompetisi terakhir pada tahun 1994. Selain itu
Persib berhasil menjadi tim peringkat kedua pada
tahun 1950, 1959, 1966, 1983, dan 1985.
Keperkasaan tim Persib yang dikomandoi Robby
Darwis pada kompetisi perserikatan terakhir
terus berlanjut dengan keberhasilan mereka
merengkuh juara Liga Indonesia pertama pada
tahun 1995. Persib yang saat itu tidak diperkuat
pemain asing berhasil menembus dominasi tim
tim eks galatama yang merajai babak penyisihan
dan menempatkan tujuh tim di babak delapan
besar. Persib akhirnya tampil menjadi juara
setelah mengalahkan Petrokimia Putra melalui
gol yang diciptakan oleh Sutiono Lamso pada
menit ke-76.
Sayangnya setelah juara, prestasi Persib
cenderung menurun. Puncaknya terjadi saat
mereka hampir saja terdegradasi ke Divisi I pada
tahun 2003. Beruntung, melalui drama babak
playoff, tim berkostum biru-biru ini berhasil
bertahan di Divisi Utama.
Sebagai tim yang dikenal tangguh, Persib juga
dikenal sebagai klub yang sering menjadi
penyumbang pemain ke tim nasional baik yunior
maupun senior.Sederet nama seperti Risnandar
Soendoro, Nandar Iskandar, Adeng Hudaya, Heri
Kiswanto,Adjat Sudradjat, Yusuf Bachtiar,
Dadang Kurnia, Robby Darwis, Budiman,
Nuralim, Yaris Riyadi hingga generasi Erik
Setiawan merupakan sebagian pemain timnas
hasil binaan Persib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar